“Awal dari sebuah ilmu adalah niat, kemudian memperhatikan, kemudian memahami, kemudian mengamalkan, kemudian menjaga, kemudian menyebarluaskan.”
Abdullah bin Al-Mubarak. Kitabul Jihad.
Ketika kita belajar, sekolah, membaca buku, mengikuti workshop, seminar, dan lain sebagainya,
Lantas tujuannya untuk apa?
Tidak sedikit kita (termasuk penulis) sering salah tujuan,
Dahulu ketika sekolah (di bangku formal) banyak diantara kita niatnya hanya sebatas paham saja. Ketika ujian kita menjawab, dan itu dirasa cukup.
Jarang diantara kita yang ke tahap mengamalkan ilmu, apalagi menjaga, lebih-lebih menyebarluaskan.
Padahal saya yakin, satu diantara kita mempunyai cara & metode sendiri dalam penyampaian ilmu tersebut nantinya, dan hal tersebut bakal menambah khazanah keilmuwan yang tersebar.
Misal, saat saya S2, pada saat di kelas membahas mengenai perbedaan pungutan zaman Rasulullah dengan pungutan (pajak) zaman sekarang, pada saat itu (di kelas) benar-benar menjadi diskusi yang cukup menarik, dan yang paling penting ternyata diskusi tersebut saling melengkapi. Penarikan kesimpulan deduktif-induktif berjalan secara mengalir.
Kenapa bisa demikian?
Karena kita tercipta dari background yang berbeda-beda, orang tua yang berbeda, masa kecil yang berbeda, pengalaman yang berbeda.
Itulah salah satu kegunaan ilmu, yaitu untuk menambah dan melengkapi ilmu yang sudah ada.
Di sisi lain, penyebarluasan ilmu, terlebih ilmu syar’i, secara konten kita tidak boleh merubah, akan tetapi secara konteks (cara penyampaiannya) itu yang harus terus kita improve, misal dengan penggunaan analogi-analogi sederhana, contoh-contoh pada kehidupan kekinian, itu yang bakal lebih masuk ke relung hati, jiwa, dan kepala pendengar.
Apalagi ilmu duniawi, yang lebih fleksibel dalam sisi konten maupun konteks, bahkan secara konten kita bisa menemukan inovasi baru ketika kita menyampaikannya.
Saya yakin, anda yang pernah menjadi asisten dosen, guru, speaker, penulis artikel, penulis buku, atau penyampai ilmu pernah merasakan “aha” momen ketika malah saat menyampaikan materi.
Kok bisa?
Kalau dari pola pikir akhirat, yes itulah berkah dari Allah, suatu keberkahan Ilmu yang Allah turunkan bagi segala pihak yang menyebarluaskan ilmu.
Wallahu A’lam
Baarakallahufiikum.