Jurusan kuliah Ekonomi Islam memang relatif masih baru di Indonesia, beberapa kampus melahirkan jurusan ini pada kurun waktu antara waktu 2005 – 2010 an.
Berbicara prospek masa depan, kesempatan bagi lulusan jurusan Ekonomi Islam memang saat ini diatas kertas tidak banyak, sedikit perusahaan yang membuka lowongan khusus untuk lulusan Ekonomi Islam. Kebanyakan lulusan Ekonomi Islam rata-rata masuk ke perusahaan-perusahaan yang membuka lowongan Management Trainee (MT) atau Officer Development Program (ODP) dimana memang lowongan ini memang dari awal tidak memandang prodi si pelamar.
Tetapi sesungguhnya lulusan ekonomi islam ini sangat dibutuhkan, terutama dalam bidang dakwah di seluruh penjuru masyarakat.
Kalau boleh sedikit meng-generalisasi, pangsa pasar bank konvensional yang masih diatas 90% lebih adalah secuil bukti bahwa masyarakat muslim di Indonesia masih belum aware dan paham kenapa kita harus mengaplikasikan fiqh muamalah dalam kehidupan sehari-hari.
Saya memang S2 di Ekonomi Islam, tetapi S1 bukan dari Ekonomi Islam, bahkan bukan orang dari rumpun jurusan sosial. Akan tetapi melihat kurikulum yang ada di kampus yang menggelar prodi S1 Ekonomi Islam (saya mengambil satu contoh dari Universitas Airlangga), izinkan saya memberikan beberapa masukan, agar lulusan prodi Ekonomi Islam semakin terbuka kesempatannya untuk berkarya,
1. Tambah Konsentrasi Kewirausahaan Islam.
Bisnis dan Ekonomi Islam di seluruh dunia (bukan hanya di Indonesia) tiap tahun mengalami kenaikan (lihat grafik dibawah), dan saya sendiri yang Qadarullah juga berkarir di bidang fashion muslim merasakan fakta tersebut. Maka dari itu dibutuhkan pengusaha-pengusaha yang memang dari awal sudah mempunyai bekal modal ilmu tentang bagaimana menjadi pengusaha muslim sesuai syariat. Selain makmur secara materi, Insya Allah ini juga bisa menjadi ladang dakwah yang real bagi perkembangan Agama Islam itu sendiri.
2. Tambah Konsentrasi Dakwah Ekonomi Islam
Kita bisa melihat betapa sedikitnya jumlah alim ulama yang berfokus pada dunia Ekonomi Islam, kita bahkan bisa menyebutkan nama, mulai dari Ust. Erwandi Tarmizi, Ust. Arifin Badri, Ust. Ammi Nur Baits, Ust. Oni Sahroni, dan lainnya (hafidzahumullah). Padahal ahli ilmu itu layaknya dokter, seharusnya terdapat di seluruh penjuru daerah, minimal 1 kota atau bahkan 1 kecamatan, jadi kita dengan mudah bisa berkonsultasi langsung dengan mereka.
Karena apa? seperti peringatan atsar Umar bin Khattab,
Jangan berjualan di pasar ini para pedagang yang tidak mengerti dien (fiqh muamalah)
3. Tambah Mata Kuliah Digital Marketing
Dunia sudah bergeser ke era digital, lebih spesifiknya dunia internet. Jadi dibutuhkan skill atau kemampuan dasar (must-have) bagi para lulusan Ekonomi Islam yaitu tentang digital marketing. Mulai dari belajar tentang personal branding, mengatur sosial media, copywriting, dasar-dasar iklan digital, dan lainnya. Apapun nanti masa depan anda (entah nanti jadi karyawan atau pengusaha), skill ini adalah sebuah kewajiban untuk dimiliki para lulusan Ekonomi Islam.
4. Tambah Mata Kuliah Behavioural Economics
Kenapa orang berhutang, kenapa orang bisa serakah, kenapa orang membeli barang karena untuk status sosial, itu adalah yang wajib dipahami para Ekonom Muslim, jadi kita tidak langsung judge mereka, pasti ada root cause nya, dengan cikal bakal behavioral economic sebagai irisan antara ilmu ekonomi dan ilmu psikologi, maka para Ekonom Muslim akan bisa melihat keadaan masyarat dari sudut pandang yang lebih luas. Akhirnya kesan amar ma’ruf nahi munkar tidak terlalu kaku, karena kita bisa memahami dan “ber-empati” terhadap keputusan-keputusan ekonomi yang diambil masyarakat, dan akhirnya bisa memberikan solusi yang rasional dan tetap berpegang pada aturan syariat sesuai Quran dan Sunnah.
Demikian secuil saran dari saya, Insya Allah artikel ini akan saya update seiring berjalannya waktu, karena memang zaman terus berkembang dan berubah, we have to be agile to face it.
Wallahu A’lam
Baarakallahufiikum.
NO. Stop spouting bullshit. Halal pharmaceuticals, halal cosmetics, those are bullshit.
hahaha, santai om.. mari diskusi