Kisah Pertama :
Ketika kita berkunjung ke rumah teman, kemudian teman tersebut menyuguhkan bakso yang sangat lezat, dan anda sangat menikmatinya. Setelah kunjungan selesai dan anda ingin pamit, tiba-tiba anda ingin memberikan uang Rp.100.000 kepada teman anda tersebut, karena anda menilai bakso yang disuguhkannya sangatlah lezat dan sebagai ucapan terima kasih anda ke teman anda,
Bagaimana perasaan teman anda tersebut ketika anda berikan uang 100.000 tadi ?
Kisah Kedua :
Pagi pukul 06.00 pintu rumah anda diketuk oleh tetangga anda, ternyata tetangga anda tersebut meminta tolong anda untuk ikut membantu mendorong mobilnya yang kehabisan aki, untuk bisa menyala kembali. Seketika anda membantu tetangga anda untuk mendorong mobilnya, dan alhamdulillah mobilnya nyala. Setelah itu, tetangga anda mengambil dompet di sakunya, dan mengeluarkan uang Rp.50.000 untuk diberikan kepada anda yang telah menolongnya.
Bagaimana perasaan anda ketika tetangga anda menyodorkan uang Rp.50.000 tersebut ?
Jawaban Kisah Pertama & Kisah Kedua hampir sama : Perasaan anda akan aneh / awkward
Kenapa demikian?
Kan secara logika, terutama logika ekonomi = Rp.100.000 > Rp.0 (di kisah pertama) dan Rp.50.000 > Rp.0 (di kisah kedua)
Karena manusia di bekali dengan seperangkat norma, salah satunya adalah Norma Sosial (Social Norm)
Dimana ketika kita berada dalam suatu kondisi atau keadaan yang tersetting untuk melakukan sesuatu keputusan dengan norma sosial, maka keputusan kita seharusnya hitam dan putih.
Contoh lain :
- Ketika ikut kerja bakti perumahan
- Ketika ada saudara yang minta tolong titip mobil ke kita
- Ketika ada tetangga yang meminjam obeng milik kita
- Dan lainnya.
Maka niat kita dari awal memang tidak mencari keuntungan moneter ketika akan melakukan aktivitas tersebut.
Sebagai orang beriman, selayaknya kita meng-upgrade niat norma sosial tersebut, ke sebuah niat yang sangat agung, yaitu Niat Ikhlas Untuk Mencari Ridho Allah. Dalam setiap aktivitas kita.
Dengan Niat Karena Allah, maka Demi Allah, hati kita akan lapang, kita juga bisa totalitas, dan hasilnya biidznillah juga akan maksimal.
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesungguhnya setiap perbuatantergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan
(HR. Bukhari No.1)
Wallahu A’lam
Baarakallahufiikum.