Era sekarang adalah era meledaknya informasi, begitu dahsyat.
Buku bertebaran,
Video berserakan,
Seminar, Workshop, dan Kajian pun berdesak-desakan untuk menarik kita.
Pertanyaan yang sering muncul di kepala,
Apakah kita boleh mengambil semua ilmu itu?
Jawabannya ada 2 sudut pandang.
Yang pertama, JANGAN.
Yaitu dengan sudut pandang, kita harus fokus dengan apa yang Allah takdirkan sebagai kelebihan kita, misal : dokter ya belajar tentang kedokteran (jangan melompat ke militer, otomotif, elektronik). Kenapa? karena waktu hidup kita singkat untuk mempelajari semua hal. Pelajari yang benar-benar relate dengan apa yang Allah takdirkan untuk anda dan sub-sub bagiannya, Itupun saya sangat yakin, anda tidak akan selesai mempelajari semuanya sampai akhir hayat anda.
Yang kedua, SILAHKAN,
Dari sudut pandang : Belajar bisa dari mana saja,
الكَلِمَةُ الحِكْمَةُ ضَالَّةُ المُؤْمِنِ، فَحَيْثُ وَجَدَهَا فَهُوَ أَحَقُّ بِهَا
“Kalimat hikmah itu adalah suatu yang hilang dari seorang mukmin, maka dimana saja ia mendapatkannya maka ia lebih berhak atasnya” (HR. Tirmidzi No.2687 dengan sanad dhaif)
Asalkan kita terus mengasah SENSOR kita, apakah yang kita pelajari itu sudah benar di mata Allah atau belum. Salah satunya adalah memilih-milih guru yang dijadikan panutan, apalagi tentang ilmu agama.
إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ
“Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian” – Ibnu Sirrin
Maka dari itu, tugas kita adalah jangan lupa untuk senantiasa istikharah & berdoa, berdoa untuk benar-benar mendapat ilmu yang bermanfaat, dan dijauhkan dari ilmu yang tidak bermanfaat.
Wallahu A’lam
Baarakallahufiikum.