“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-Ankabut ayat 64).
Seringkali kita tergelincir akan nikmatnya dunia, dan secara tidak sadar menjadikannya sebagai tujuan akhir hidup. Padahal dalam Alquran, Hadis dan perkataan-perkataan ulama selalu dan selalu mewanti-wanti untuk selalu dengan sadar bahwa akhirat lah pelabuhan terakhir kita, maka dari itu kita harus mengerti rambu-rambu, agar tahu bahwa apakah detik ini diri ini sudah tidak sedang menjadi budaknya dunia.
Tanda-tanda Kita Sudah Menjadi Budak Kehidupan Dunia:
- Kita tidak bersiap-siap saat waktu shalat akan tiba.
- Kita melalui hari ini tanpa sedikitpun membuka lembaran Al Qur’an lantaran Kita terlalu sibuk.
- Kita sangat perhatian dengan omongan orang lain tentang diri Kita
- Kita selalu berpikir setiap waktu bagaimana caranya agar harta Kita semakin bertambah.
- Kita marah ketika ada orang yang memberikan nasihat bahwa perbuatan yang Kita lakukan adalah haram.
- Kita terus menerus menunda untuk berbuat baik. “Aku akan mengerjakannya besok, nanti, dan seterusnya.”
- Kita selalu mengikuti perkembangan gadget terbaru dan selalu berusaha memilikinya.
- Kita sangat tertarik dengan kehidupan para selebriti.
- Kita sangat kagum dengan gaya hidup orang-orang kaya.
- Kita ingin selalu menjadi pusat perhatian orang.
- Kita selalu bersaing dengan orang lain untuk meraih cita-cita duniawi.
- Kita selalu merasa haus akan kekuasaan dan kedigdayaan dalam hidup, dan perasaan itu tidak dapat dibendung.
- Kita merasa tertekan manakala Kita gagal meraih sesuatu.
- Kita tidak merasa bersalah saat melakukan dosa-dosa kecil
- Kita tidak mampu untuk segera berhenti berbuat yang haram, dan selalu menunda bertaubat kepada Allah.
- Kita tidak kuasa berbuat sesuatu yang diridhai Allah hanya karena perbuatan itu bisa mengecewakan orang lain
- Kita sangat perhatian terhadap harta benda yang sangat ingin Kita miliki.
- Kita merencanakan kehidupan hingga jauh ke depan.
- Kita menjadikan aktivitas belajar agama sebagai aktivitas pengisi waktu luang saja, setelah sibuk berkarir.
- Kita memiliki teman-teman yang kebanyakannya tidak bisa mengingatkan Kita kepada Allah.
- Kita menilai orang lain berdasarkan status sosialnya di dunia.
- Kita melalui hari ini tanpa sedikitpun terbersit memikirkan kematian.
- Kita meluangkan banyak waktu sia-sia melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi kehidupan akhirat.
- Kita merasa sangat malas dan berat untuk mengerjakan suatu ibadah.
- Kita tidak kuasa mengubah gaya hidup Kita yang suka berfoya-foya, walaupun Kita tahu bahwa Allah tidak menyukai gaya hidup seperti itu.
- Kita senang berkunjung / berwisata ke negeri-negeri kafir.
- Kita diberi nasihat tentang bahaya memakan harta riba, akan tetapi Kita beralasan bahwa beginilah satu-satunya cara agar tetap bertahan di tengah kesulitan ekonomi.
- Kita ingin menikmati hidup ini sepuasnya.
- Kita sangat perhatian dengan penampilan fisik Kita.
- Kita meyakini bahwa hari kiamat masih lama datangnya.
- Kita melihat orang lain meraih sesuatu dan Kita selalu berpikir agar dapat meraihnya juga.
- Kita ikut menguburkan orang lain yang meninggal, tapi Kita sama sekali tidak memetik pelajaran dari kematiannya.
- Kita ingin semua yang Kita harapkan di dunia ini terkabul.
- Kita mengerjakan shalat dengan tergesa-gesa agar bisa segera melanjutkan pekerjaan.
- Kita tidak pernah berpikir bahwa hari ini bisa jadi adalah hari terakhir Kita hidup di dunia.
- Kita merasa mendapatkan ketenangan hidup dari berbagai kemewahan yang Kita miliki, bukan merasa tenang dengan mengingat Allah.
- Kita berdoa agar bisa masuk surga namun tidak sepenuh hati seperti halnya saat Kita meminta kenikmatan dunia.
Dikutip dari tulisan Ust. dr. Raehanul Bahraen